Sunday, May 12, 2013

GURU SEBAGAI PILAR MASA DEPAN BANGSA

Guru sebagai Pilar Masa Depan Bangsa
Oleh : Ks. Min Sergai. Jumat, 25 November 2011, bagi dunia pendidikan Indonesia
mempunyai makna yang sangat besar. Momentum tersebut diperingati dengan sebutan Hari Guru. Pada saat-saat seperti perhatian sebagian besar bangsa ini akan tercurah pada eksistensi guru; walaupun juga ada satu-dua yang mencibir terhadap profesi yang satu ini. Adanya pandangan yang sebelah mata terhadap guru dikarenakan adanya guru yang berkarya jauh dari profesionalisme yang sejatinya melekat dan inklud di dalam pengabdian sebagai guru. Ada sebagian guru yang dalam melaksanakan tugasnya hanya mampu bekerja sebagai "kuli" pendidikan, yang datang ke kelas, berbicara sekenanya, dan semua itu dilakukan tanpa perencanaan sebagaimana yang diamanatkan dalam sebuah profesi.
Dalam konteks kekinian, guru yang sedemikian itu akan tergerus dengan kemajuan zaman dan akselerasi pembelajaran mandiri yang dilakukan para siswanya. Pada saat yang sama juga, hal itu bisa diimbangi dengan program sertifikasi, yang jika dilaksanakan, dimonitoring, dan dievaluasi dengan baik, akan menghasilkan guru yang sungguh spektakuler dalam bidang pembelajaran.

Eksistensi Guru dalam Berbangsa

Guru yang mempunyai visi dan kemampuan mendidik yang luar biasa akan mampu menunjukkan jati diri bangsa. Dengan kualifikasi yang handal itu akan memberikan efek positif atas setiap pembelajaran yang dilaksanakan. Guru yang sedemikian itu adalah guru sebagai "penjaga" zaman, guru yang dapat memberikan nilai lebih atas tegak-berdirinya harga diri suatu bangsa.

Dalam konteks kebangsaan, eksistensi guru, tidak bisa tidak, menjadi katalisator bagi kemajuan peradaban suatu bangsa. Dengan profesionalisme yang diembannya, guru berupaya menuju pada suatu titik keadaban. Titik keadaban yang dicapai adalah pengejawantahan atas dedikasi suatu bangsa. Titik keadaban ini pula merupakan fase yang melahirkan bangsa yang lebih baik dalam ukuran normatif serta mampu unggul dalam komunitas internasional. Sehingga kegigihan untuk bangkit sebagai sebuah bangsa menjadi orientasi yang harus dicapai dari suatu rangkaian pembelajaran yang dilaksanakan para guru.

Hal di atas dapat dilakukan para guru dengan memulainya di ruang-ruang kelas yang kecil. Memulai pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Serta dilakukan dengan metodologi pembelajaran yang tepat. Juga didukung dengan bentuk peneladanan atas sikap-sikap yang dilakukan oleh para guru, maupun stakeholder yang menaungi lingkungan pendidikan secara makro. Hal itu hanya bisa dicapai jika dilakukan dengan cara kolektif, terencana, terukur, dan berkelanjutan.

Pilar Masa Depan Bangsa

Dengan memahami tugas dan peran yang melekat pada guru, maka sejatinya dapat dipahami bahwa guru merupakan pilar untuk menegakkan masa depan. Bagaimana bentuk masa depan bangsa, akan bergantung sepenuhnya dari out-put dan out-come dari dunia pendidikan yang di dalamnya merupakan pengaruh langsung dari tangan-tangan para guru.

Untuk itu, diperlukan kualitas dan kualifikasi guru yang terus ditingkatkan berbanding lurus dengan kemajuan keadaban bangsa-bangsa di dunia. Secara kualitas, para guru perlu lebih dibekali ataupun membekali diri dengan suatu "perangkat" rasional yang dapat menyeimbangkan antara kebutuhan pada dunia pendidikan dan lingkungan di luarnya. Guru tidak boleh hanya berpuas diri dari hasil pembelajarannya semasa di bangku kuliah. Apalagi kalau hanya menghandalkan memorisasinya atas apa yang telah dilakukan oleh guru-gurunya terhadap dirinya. Jangan hanya mengatakan, kalau materinya seperti ini, maka pembelajarannya seperti ini, dan hal itulah yang dulu dilakukan guru-guru kami terhadap kami. Jika yang terakhir dilakukan sungguh hal itu merupakan sesuatu yang sangat tertinggal jauh.

Sebagai pilar bangsa harus mengetahui dengan jelas apa yang menjadi kebutuhan masa depan. Setidaknya, mengikut sebagaimana dikatakan Kahlil Gibran, dalam mendidik anak-anak, jangan engkau perlakukan sama sebagaimana orangtua mendidikmu, sebab anak-anak merupakan anak masa depan dengan tingkat kebutuhan yang berbeda. Memahami aksioma yang sedemikian ini, kiranya pula diperlukan upaya-upaya terobosan dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan berbagai formulasi sejatinya menjadi suatu suguhan di dalam ruang kelas oleh guru. Untuk bisa melakukan hal yang sedemikian, para guru harus pula mumpuni dan kreatif dalam menyajikan materi palajaran di kelas. Tanpa kreativitas dan inovasi pembelajaran, maka harapan untuk menjadikan guru sebagai pilar masa depan bangsa tidak ubahnya sebuah upaya yang hanya menggantang asap saja.

Kreasi dan inovasi menjadi suatu keniscayaan bagi para guru tatkala perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dasawarsa terakhir melejit sangat signifikan. Hal ini menjadi mutlak menjadi perhatian para guru, dan lingkup dunia pendidikan pada umumnya, jika dilakukan upaya mengkokohkan guru sebagai pilar masa depan bangsa. Bangsa ini akan mampu bangkit dan menyamai kedudukan yang sama dengan bangsa lain, jika dan hanya jika, para gurunya dapat diandalkan untuk menjadi pilar masa depan bangsa.

Pembelaan atas Hukum dan Kesejahteraan

Menguatnya arus reformasi berimbas terhadap penyelenggaraan pendidikan. Positif tentunya jika hal ini memberi dampak atas kemajuan pendidikan. Namun, jauh dari hal itu, dunia pendidikan semakin kacau dilihat dari kacamata hukum, setidaknya melalui Undang-undang Perlindungan Anak. Yang secara tegas, produk yuridis tersebut menindakbolehkan perbuatan keras dan kasar terhadap anak-anak. Hal itu terlihat semakin kentara tatkala semakin banyak perlakuan guru yang dipidanakan oleh para orang tua siswa. Bahkan terkesan hal itu dilebih-lebihkan. Tidak sesuai dengan fakta yang ada.

Banyak guru yang harus duduk di kursi pesakitan karena keliru dan lalai dalam menjalankan tugasnya untuk mencerdaskan kehidupan anak didik. Guru seperti ini sebenarnya adalah mereka yang tidak mau anak didiknya gagal dalam menerima pelajarannya. Mereka dengan cara sendiri berupaya agar anak didiknya dapat menerima materi pelajaran dengan baik. Nyatanya, sangat menyedihkan. Bisa dikatakan sebagaimana bunyi peribahasa; air susu dibalas dengan air tuba.

Pada sisi lain, tingkat kesejahteraan guru juga sangat bervariasi. Ada guru yang sangat sejahtera dan ada pula guru yang sangat jauh dari sejahtera. Disparitas pemerolehan tingkat kesejahteraan secara nyata akan berpengaruh secara signifikan terhadap dedikasi, loyalitas, dan daya juang untuk mengabdikan diri ke dunia pendidikan. Para guru yang belum sejahtera inilah yang sejatinya mendapatkan perhatian yang serius dari berbagai kalangan. Bagi mereka yang sudah disertifikasi dan mendapatkan tunjangan yang sangat lumayan, kiranya dapat bekerja lebih optimal. Sehingga tidak menimbulkan kecemburuan di lingkungan sekolah masing-masing.

Pembelaan atas pelindungan hukum dan tingkat kesejahteraan perlu mendapatkan atensi yang serius dari semua kalangan; pemerintah dan dunia usaha, juga masyarakat harus peduli. Kepedulian bangsa ini terhadap profesi guru, akan berpengaruh signifikan terhadap penguatan peran guru sebagai pilar kemajuan bangsa.

Sebagai pilar masa depan, sudah seharusnya para guru terus meningkatkan kualitas dirinya dalam menyikapi perkembangan dunia (pendidikan). Tanpa penyikapan yang akseleratif, maka guru tidak ubahnya "kuli" pendidikan yang bekerja hanya secara mekanis tanpa inovasi dan tanpa memberi makna dalam membangun dan membesarkan anak bangsa.

Pengabdian tanpa henti merupakan kata kunci yang harus dicanangkan. Semua itu merupakan dedikasi para guru. Guru Indonesia yang mengabdikan diri untuk negeri. Selamat Hari Guru! ***

0 comments:

Post a Comment