This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sunday, April 20, 2014

PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN


BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah

            Paradigma yang dianut seorang peneliti tentang tuntutan pengetahuan (knowledge claim), prosedur umum penelitian (strategies of inquiry) dan prosedur penjaringan dan analisis data (research method) akan menentukan apakah dia akan menggunakan pendekatan kuantitatif, kualitatif, atau metode gabungan. Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang ketiga jenis pendekatan penelitian tersebut.

            Suatu pendekatan atau metode ilmiah, juga yang ada dalam penelitian, tentu tidak terlepas dari kebaikan dan kelemahan, keuntungan, serta kerugian. Oleh karena itu, untuk dapat memberi pertimbangan  dan keputusan mana yang lebih baik, tepatnya lebih cocok dalam penggunaan suatu pendekatan, terlebih dahulu perlu dipahami masing-masing pendekatan tersebut.

            Untuk memperoleh gambaran tentang penelitian kualitatif, penelitian kuantitatif ataupun mix method (gabungan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif) harus diketahui karakteristek yang membedakan diantara ketiganya. Maka dari itu, penjelasan mengenai karakteristik masing-masing dari pendekatan akan dijelaskan.

             Tahapan metode antara penelitian kualitatif dan kuantitaif berbeda. Pendekat an mix method merupakan penggabungan antara penelitian kuantitatif dan kualititatif.

            Dalam dunia pendidikan banyak sekali permasalahan yang timbul, maka dari itu perlu dicari solusinya, dengan menggunakan metode dan pendekatan yang ada. Seperti kuantitatif, kualitatif, dan mix method.

         

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diketahui beberapa rumusan masalahnya sebagai berikut :

1.      Bagaimanakah definisi pendekatan penelitian serta metode penelitian?

2.      Apa sajakah jenis-jenis pendekatan penelitian?

3.      Bagaimanakah tahapan pendekatan masing-masing penelitian?

4.      Bagaimanakah ciri-ciri dan karakteristik masing-masing pendekatan?

5.      Bagaimanakah contoh masing-masing pendekatan khususnya dalam bidang pendidikan?


C.     Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan sebgai berikut:

1.      Untuk mengetahui definisi pendekatan penelitian dan metode penelitian.

2.      Untuk mengetahui jenis-jenis pendekatan.

3.      Untuk mengetahui tahapan pendekatan masing-masing penelitian.

4.      Untuk mengetahui ciri-ciri dan karakteristik masing-masing pendekatan.

5.      Untuk mengetahui contoh masing-masing pendekatan dalam bidang pendidikan.







BAB II

PEMBAHASAN


1.      Definisi Pendekatan dan Metode Penelitian

      Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat 4 kata kunci diantaranya:

Cara ilmiah, data, tujuan, kegunaan.

Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu :

-          Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia

-          Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat di amati oleh indra manusia sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan (bedakan cara yang tidak ilmiah, misalnya mencari uang yang hilang atau provokator, atau tahanan yang melarikan diri melalui paranormal).

-          Sistematis berarti proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang besifat logis.

Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai criteria tertentu yaitu valid. Valid menunjukkan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data dapat dikumpulkan oleh peneliti. Misalnya dalam masyarakat tertentu terdapat 5000 orang miskin, sementara peneliti melaporkan jauh dibawah atau di atas 5000 orang miskin, maka derajat validitas hasil penelitian itu rendah. Atau misalnya dalam suatu unit kerja pemerintahan, dimana dalam unit kerja tersebut iklim kerjanya sangat bagus, sementra peneliti melaporkan iklim kerjanya tidak bagus, maka data yang dilaporkan tersebut juga tidak valid. Untuk mendapatkan data yang langsung valid dalam penelitian sering sulit dilakukan, oleh karena itu data yang telah terkumpul sebelum diketahui validitasnya, dapat diuji melalui pengujian reliabilitas dan obyektivitas. Pada umumnya jika data itu reliable dan obyektif, maka terdapat kecenderungan data tersebut akan valid.

Reliabilitas berarti berkenaan dengan derajat konsistensi atau keseimbangan data dalam interval waktu tertentu. Misalnya pada hari pertama wawanncara sumber data mengatakan bahawa jumlah karyawan yang berdemonstrasi sebanyak 1000 orang, maka besok atau lusapun sumber data tersebut kalo ditanya akan tetap mengatakan bahwa jumlah karyawan yang berdemonstrasi tetap sebanyak 1000 orang. Sedangkan obyektivitas berkenaan dengan kesepakatan anatar banyak orang, bila banyak orang yag menyetujui bahawa karyawan yang berdemonstrasi sebanyak 1000 orang maka data tersebut adalah data obyektif.


2.      Jenis- Jenis Pendekatan Penelitian

a.       Pendekatan Kualitatif

Pendekatan penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru karena popularitasnya belum lama dinamakan metode postpositivistik, karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme, (paradigma interpretif dan konstruktif yang memandang sesuatu realitas yang holistik atau utuh, kompleks, dinamis, penuh makana dan hubungan gejala bersifat interaktif).

Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), disebut juga sebagai metode etnographi karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut sebagi metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.

Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument yaitu penelitian itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrument maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret dan mengkonstruksi sistuasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi tetapi lebih menekankan pada makna.


b.      Pendekatan kuantitatif

Pendekatan kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagi metode positivistik, karena berlandasakan pada filsafat positivisme ( memandang realitas/gejala/fenomena ini dapat di klasifikasikan, relative tetap, konkrit teramati, terukur dan hubungan gejala bersifat sebab akibat, penelitian biasanya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu).

Metode ini sebagai metode ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga di sebut discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan sebagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.


c.       Mix method

            Penelitian gabungan, atau lebih dikenal dengan istilah multimedtodologi dalam operations research, merupakan pendekatan penelitian yang memadukan penjaringan dan analisis data kuantitatif dan kualitatif (Wikipedia, 2008). Pendekatan ini cenderung didasarkan pada paradigma pragmatik (seperti orientasi konsekuensi, orientasi masalah, dan pluralistik). Prosedu-prosedur dalam penelitian mempertemukan atau menyatukan data kuantitatif dan data kualitatif untuk memperoleh analisi komperehensif atas masalah penelitian. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan dua jenis data tersebut pada satu waktu kemudian menggabungkannya menjadi satu.

                Pendekatan metode gabungan dibedakan ke dalam dua bentuk: penelitian metode gabungan (mixed method research) dan penelitian model gabungan (mixed model research). Dalam penelitian metode gabungan peneliti menggunakan strategi kualitatif pada satu tahapan dan strategi kuantatif pada tahapan lain, atau sebaliknya. Sebagai contoh, seorang peneliti melakukan eksperimen (kuantitatif) dan setelah itu melakukan wawancara terhadap partisipan mengenai pandangan mereka terhadap eksperimen tersbut dan mencari tahu apakah mereka setuju dengan hasilnya. Dalam penelitian model gabungan peneliti memadukan strategi kuantitatif dan kualitatif dalam satu atau dua tahapan yang sama. Sebagai contoh, seorang peneliti dapat melakukan sebuah survei dan menggunakan sebuah kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan tertutup dengan jawaban berganda (kuantitatif) dan beberapa pertanyaan terbuka (kualitatif). Sebagai contoh lain, peneliti dapat menjaring data kualitatif yang kemudian dirubah menjadi data kuantitatif.


3.      Tahapan (proses)  pendekatan masing-masing penelitian

a.       Proses penelitian kulitatif

a)      Tahap Deskripsi

Dalam tahap deskripsi terdapat beberapa langkah :

1.      Merumuskan Masalah

Segala sesuatu yang harus dicari jalan keluarnya (solusi).

b)      Tahap Reduksi

Dalam tahap reduksi terdapat beberapa langkah:

1.      Pembatasan Masalah (fokus penelitian)

            Sejumlah masalah yang diidentifikasi, dikaji, dan dipertimbangkan apakah perlu direduksi atau tidak. Pertimbangannya antara lain atas dasar keluasan lingkup kajian. Kajian yang terlalu luas memungkinkan adanya hambatan dan tantangan yang lebih banyak. Kajian yang terlalu spesifik memerlukan kemampuan khusus untuk dapat melakukan kajian secara mendalam. Pembatasan masalah merupakan langkah penting dalam menentukan kegiatan penelitian. Meski demikian, pembatasan masalah penelitian kualitatif tidaklah bersifat kaku atau tetap. Pembatasan masalah dapat dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan antara lain:

1)      Dapatkah masalah tersebut dikembangkan untuk diteliti?

2)      Adakah data atau informasi yang dapat dikumpulkan untuk menemukan jawaban atas masalah yang dipilih?

3)      Apakah masalah dan pemecahannya cukup bermanfaat?

4)      Apakah masalah tersebut baru dan aktual?

5)      Sudah adakah orang yang melakukan pemecahan masalah tersebut?

6)      Apakah masalah tersebut layak diteliti dengan melihat kemampuan peneliti akses memperoleh informasi serta ketersediaan dana dan waktu?

2.      Menetapkan Fokus Penelitian

            Penetapan fokus berarti membatasi kajian. Dengan menetapkan fokus masalah berarti peneliti telah melakukan pembatasan bidang kajian, yang berarti pula membatasi bidang tenuan. Menetapkan fokus berarti menetapkan kriteria data penelitian . dengan pedoman fokus masalah seorang peneliti dapat menetapkan data yang harus dicari. Data yang dikumpulkan hanyalah data yang relevan dengan fokus penelitian. Sebagai catatan bahwa dalam penelitian kualitatif dapat terjadi penetapan fokus peneliti baru dilakukan dan dipastikan pada saat peneliti berada di lapangan. Hal itu dapat terjadi bila fokus masalah yang telah dirumuskan secara baik, namun setelah di lapangan tidak mungkin dilakukan penelitian, sehingga diubah, diganti, disempurna atau dialihkan. Peneliti memiliki peluang untuk menyempurnakan, mengubah, atau menambah fokus penelitian.


c)      Tahap Seleksi

1.      Pengumpulan Data

Pada tahap ini yang perlu dipenuhi antara lain rancangan atau skenario penelitian, memilih dan menetapkan setting (latar) penelitian, mengurus perizinan, memilih dan menetapkan informan ( sumber data), menetapkan strategi dan teknik pengumpulan data, serta menyiapkan sarana dan prasarana penelitian. Pengumpulan data dilakukan dan menemui sumber data. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pengumpulan data adalah menciptakan hubungan yang baik antara peneliti dan sumber data. Hal ini terkait dengan teknik pengumpulan data yang akan digunakan misalnya observasi, wawancara, atau pengamatan.

2.      Pengolahan Data dan Pemaknaan Data

            Pada penelitian yang lain pada umumnya pengolahan data dan pemaknaan data dilakukan setelah data terkumpul atau kegiatan pengumpulan di lapangan dinyatakan selesai. Analisis data kualitatif yang meliputi pengolahan dan pemaknaan data dimulai sejak peneliti memasuki lapangan. Selanjutnya, hal yang sama dilakukan secara kontinu pada saat pengumpulan sampai akhir kegiatan pengumpulan data secara berulang sampai data jenuh ( tidak diperoleh lagi informasi baru ). Dalam hal ini, hasil analisis dan pemaknaan data akan berkembang, berubah, dan bergeser sesuai perkembangan dan perubahan data yang ditemukan di lapangan.

3.      Pemunculan Teori

            Peran teori dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif teori tidak dimanfaatkan untuk membangun kerangka pikir dalam menyusun hipotesis. Penelitian kualitatif bekerja secara induktif dalam rangka menemukan hipotesis. Teori berfungsi sebagai alat dan berfungsi sebagai fungsi tujuan. Teori sebagai alat dimaksudkan bahwa dengan teori yang ada peneliti dapat melengkapi dan menyediakan keterangan terhadap fenomene yang ditemui. Teori sebagai tujuan mengandung makna bahwa temuan penelitian dapat dijadikan suatu teori baru.

4.      Pelaporan Penelitian

            Laporan hasil penelitian merupakan bentuk pertanggungjawaban peneliti setelah melakukan kegiatan pengumpulan data penelitian dinyatakan selesai. Dalam konteks yang seperti ini, pelaporan hasil penelitian secara tertulis memiliki nilai guna setidaknya dalam empat hal, yaitu:

1)      Sebagai kelengkapan proses penelitian yang harus dipenuhi oleh para peneliti dalam setiap kegiatan penelitian.

2)      Sebagai hasil nyata peneliti dalam merealisasi kajian ilmiah.

3)      Sebagai dokumen autentik suatu kegiatan ilmiah yang dapat dikomunikasikan kepada masyarakat  ataupun sesame peneliti.

4)      Sebagai hasil karya nyata yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan bergantung pada kepentingan peneliti (Suparti, 2003).


b.      Proses Penelitian Kuantitatif

Tahap penelitianya sebagai berikut :

1.      Penelitian dimulai dengan sebuah permasalahan: sebuah pernyataan yang terjawab dipikiran peneliti.

2.      Penelitian melihat tujuan dalam suatu pernyataan permasalahan.

3.      Penelitian membagi permasalahan menjadi sub-sub permasalahn yang lebih dapat dikelola. Setiap sub permasalahan mencari petunjuk melalui pernyataan penelitian yang spesifik atau hipotesis yang sesuai.

4.      Penelitian menunjukkan solusi sementara terhadap permasalahan penelitian melalui hipotesis yang sesuai. Hipotesis tersebut mengarahkan peneliti dalam mengumpulkan data.

5.      Penelitian mencari data diarahkan oleh hipotesis dan dibimbing oleh permasalahan. Data dikumpulkan dan diorganisasikan.

6.      Penelitian menginterpretasikan arti data yang mengarah pengatasan permasalahan, yaitu member konfirmasi atau menolak hipotesis dan atau atas memberi jawaban terhadap permasalahan yang memulai penelitian itu. Kesimpulan merupakan generalisasi hasil interpretasi. Terhadap kesimpulan yang diperoleh, maka diciptakanlah implikasi dan rekomendasi serta saran dalam pemanfaatan hasil penelitian.



c.       Proses penelitian mix method (campuran)

Tahap penelitiannya sebagai berikut :

1.      Memilih masalah yang ada

2.      Mengetahui latar belakang timbulnya masalah

3.      Mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif yang berkaitan dengan rencana penelitian yang akan dilakukan

4.      Menggabungkan menjadi satu informasi

5.      Menentukan hipotesis terhadap masalah yang sedang diteliti

6.      Menentukan variabel/sumber data

7.      Menentukkan dan menyusun instrumen yang akan digunakan

8.      Menganalisis data yang ada, lalu disimpulkan sesuai dengan hipotesis atau tidak

9.      Penarikan kesimpulan


4.      Ciri dan karakteristik masing-masing pendekatan

No
  

Metode Kuantitatif
  

Metode Kualitatif
  

Mix Method

1
  

A.    Desain

a.       Spesifik, jelas, rinci

b.      Ditentukan secara mantap sejak awal

c.       Menjadi pasangan langkah demi langkah
  

A.    Desain

a.       Umum

b.      Fleksibel

c.       Berkembang, dan muncul dalam proses penelitian
  

A.    Desain

a.       Jelas, rinci dan umum

b.      Fleksibel dan terarah


2
  

B.     Tujuan

a.       Menujjukkan hubungan antar variabel

b.      Menguji teori

c.       Mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif
  

B.     Tujuan

a.       Menemukan pola hubungan yang bersifat interaktif

b.      Menemukan teori

c.       Menggambarkan realitas yang kompleks

d.      Memperoleh pemahaman makna
  

B.Tujuan

a. menunjuk-kan hubungan antar variabel sehingga akan ditemukan pola hubungan anatar variabel tersebut.

b. menemukan teori penyelesaian suatu masalah dan menguji kelayakan teori tersebut

c. memperoleh pemahaman makna dan nilai


3
  

C.    Teknik Pengumpulan data

a.       Kuesioner

b.      Angket

c.       Observasi dan wawancara terstruktur
  

C.    Teknik Pengumpulan Data

a.       Participant observation (mengumpulkan makna dari para partisipan secara langsung)

b.      In depth interview

c.       Dokumentasi

d.      Study kepustakaan (buku) dan media massa
  

C.Teknik Pengumpulan Data

a. kuisioner

b. observasi langsung dan wawancara

c. triagulasi

(gabungan) menerapkan praktik-praktik kuantitatif dan kualitatif


4
  

D.    Instrument Penelitian

a.       Test, angket, wawancara terstruktur

b.      Instrumen yang telah terstandar
  

D.    Instrument Penelitian

a.       Peneliti sebagai instrument

b.      Buku catatan, tape recorder, camera, handycam dan lain-lain
  

D.Instrument Penelitian

a. test, angket, peneliti dll

b.buku catatan,

tape recorder, camera dll



5
  

E.     Data

a.       Kuantitatif

b.      Hasil pengukur variabel yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrumen
  

E.     Data

a.       Deskriptif kualitatif

b.      Dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan dan tindakan responden, dokumen dan lain-lain
  

E.Data

a.mengumpulkan data kuantitatif (data angka) dan kualitatif (gambar-gambar dan data tekstual)

b.hasil pengukuran variabel dan catatan yang diperoleh dari lapangan


6
  

F.     Sampel

a.       Besar

b.      Representatif

c.       Sedapat mungkin random

d.      Ditentukan sejak awal
  

F.     Sampel/sumber data

a.       Kecil

b.      Tidak representatif

c.       Purposive, snowball

d.      Berkembang selama proses penelitian
  

F.Sampel/

sumber data

a.      


7
  

G.    Analisis

a.       Setelah selesai pengumpulan data

b.      Deduktif

c.       Menggunakan statistic untuk menguji hipotetis
  

G.    Analisis

a.       Terus menurus sejak awal sampai akhir penelitian

b.      Induktif

c.       Mencari pola, model, thema, tori
  

G.Analisis

a.    analisis statistik dan analisis tekstuals

8
  

H.    Hubungan dengan responden

a.       Dibuat berjarak, bahkan sering tanpa kontak supaya obyektif

b.      Kedudukan peneliti lebih tinggi dari responden

c.       Jangka pendek sampai hipotesis dapat dibuktikan
  

H.    Hubungan dengan responden

a.       Empati, akrab supaya memperoleh pemahaman yang mendalam

b.      Kedudukan sama bahkan sebagai guru, konsultan

c.       Jangka lama, sampai datanya jenuh, dapat ditemukan hipotesis atau teori
  

H.Hubungan dengan responden

a.       Jika menggunakan pengumpulan data dengan metode kuantitatif maka dibuat berjarak

b.      Jika menggunakan pengumpulan data kualitatif maka dibuat seakrab mungkin dengan responden

9
  

I.       Usulan desain

a.       Luas dan rinci

b.      Literatur yang berhubungan dengan masalah, dan variabel yang diteliti

c.       Prosedur yang spesifik dan rinci langkah-langkahnya

d.      Masalah dirumuskan dengan spesifik dan jelas

e.       Hipotesis dirumuskan dengan jelas

f.       Ditulis secara rinci dan jelas sebelum terjun kelapangan
  

I.       Usulan desain

a.       Singkat, umum besifat sementara

b.      Literatur yang digunakan bersifat sementara, tidak menjadi pegangan utama

c.       Prosedur bersifat umum, sperti akan merencanakan tour atau piknik

d.      Masalah bersifat sementara dan akan ditemukan setelah study pendahuluan

e.       Tidak dirumuska hipotesis, karena justru akan menemukan hipotesis

f.       Focus penelitian ditetapkan stelah diperoleh data awal dari lapangan
  

I.Usulan desain

a.       Luas dan rinci serta bersifat sementara dan bermakna

b.      Adanya hipotesis untuk menyesuaikan dengan teori yang ada sehingga ditemukan teori baru (hipotesis baru)

10
  

J.      Kapan penilitian dianggap selesai ?

Setelah semua kegiatan yang direncankan dapat diselesaikan
  

J.Kapan penelitian dianggap selesai ?

Setelah tidak ada data yang dianggap baru atau jenuh
  

J. Kapan penelitian dianggap selesai ?

setelah semua kegiatan yang direncanakan dapat di selesaikan dan tidak ada data yang dianggap baru.


11
  

K.    Kepercayan terhadap hasil penelitian

Pengujian faliditas dan realiabilitas instrumen
  

K.Kepercayaan terhadap hasil penelitia

Pengujian kredibilitas, depenabilitas, proses dan hasil penelitian.
  

K.Kepercayaan terhadap hasil penelitia

Dapat menjawab semua pertanyaan yang tidak dapat dijawab hanya dengan menggunakan satu metode penelitian, memberikan data yang valid (meyakinkan)



5.      Contoh Masing-masing Pendekatan dalam Bidang Pendidikan

a.       Contoh Pendekatan Kualitatif dalam Bidang Pendidikan

Dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik (menyeluruh) dan lebih menekankan pada proses, maka penelitian kualitatif dalam melihat hubungan antar variabel pada obyek yang diteliti lebih bersifat interaktif. Sehingga tidak diketahui mana variabel independen dan dependennya. Cohtohnya :

“Hubungan  Pelayanan Guru Bimbingan Dan Konseling Dengan Kedisiplinan Belajar Siswa “

Dalam hal ini hubungannya interaktif yaitu saling mempengaruhi artinya makin banyak pelayanan Guru Bimbingan dan Konseling terhadap siswa maka akan semakin tinggi juga tingkat kedisiplinan belajar siswa, begitu juga sebaliknya semakin tinggi tingkat kedisiplinan belajar siswa maka Pelayanan Guru Bimbimbingan Dan Konseling akan semakin banyak pula.

b.      Contoh Pendekatan Kuantitatif dalam Bidang Pendidikan

Dalam penelitian kuantitatif hubungan variabel terhadap obyek yang diteliti lebih bersifat sebab dan akibat (kasual), sehingga dalam penelitiaanya ada variabel independen dan dependen. Dari variabel tersebut akhirnya dicari seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Contohnya :

“ Peranan Model Pembelajaran Kooperative tipe STAD pada Pokok Bahasan Himpunan terhadap Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa “

Artinya semakin sering guru menggunakan model pembelajaran tipe STAD pada pokok bahasan Himpunan maka akan semakin tinggi pula keaktifan dan prestasi belajar siswa. Model pembelajaran Kooperative tipe STAD  variabel independen (sebab) dan keaktifan dan prestasi belajar siswa variabel dependen (akibat).


c.       Contoh mix Method  dalam Bidang Pendidikan

Dalam penelitian mix method (campuran) hubungan variabel terhadap obyek yang diteliti bersifat sebab-akibat (kasual) serta bersifat interaktif (saling mempengaruhi)

Terdapat kolerasi antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.

Contohnya :

“ Hubungan penggunaan media komik dalam meningkatkan keterampilan menceritakan dan menanggapi persoalan siswa kelas V SDN Aengtaber 1”

Artinya  dengan adanya pengunaan media komik maka akan menyebabkan keterampilan menceritakan dan menanggapi siswa meningkat, dalam hal ini media komik sangat mempengaruhi tingkat keterampilan menceritakan dan menanggapi siswa.







BAB III

PENUTUP


A.    Kesimpulan

            Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Jenis-jenis penelitian bisa dilakukan dengan menggunakan metode atau pendekatan kualitatif, kuantitatif dan mix method.Dalam ketiga jenis metode tersebut memiliki tahapan yang berbeda serta memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda-beda pula. Disamping perbedaan yang ada pada pendekatan tersebut, terdapat kelebihan dan kekurangannya masing-masing.



















Friday, April 18, 2014

MOTIVASI BELAJAR



a.       Pengertian Motivasi

Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya (Pintrich, 2003). Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang  memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2007). Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2000).

Sejalan dengan pernyataan Santrock di atas, Brophy (2004) menyatakan bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta   mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, siswa juga memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.  Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah Aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya, motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut (Brophy, 2004).

b.      Pengertian Belajar

Pengertian belajar menurut Morgan, mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Wisnubrata, 1983:3). Sedangkan menurut Moh. Surya (1981:32), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.

c.       Pengertian Motivasi Belajar

Dari uraian yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

2. Macam-Macam Motivasi

Biggs dan Telfer ( dalam Dimyati dkk, 1994) menyatakan bahwa pada dasarnya siswa memiliki bermacam-macam motivasi dalam belajar.

Macam-macam motivasi tersebut dibedakan menjadi empat golongan yaitu :

1)      Motivasi instrumental

Motivasi instrumental berarti bahwa siswa belajar karena dorongan oleh adanya hadiah atau menghindari hukuman.

2)      Motivasi sosial

Motivasi sosial berati siswa belajar untuk penyelenggaraan tugas , dalam hal ini keterlibatan siswa pada tugas menonjol.

3)      Motivasi berprestasi

Motivasi berprestasi adalah bahwa siswa belajar untuk meraih prestasi atau keberhasilan yang telah di tetapkannya.

4)      Motivasi instrinsik

Motivasi instrinsik berati siswa belajar  karena kemauannya sendiri.

Motivasi yang tinggi dapat menggiatkan aktivitas belajar siswa. Motivasi tinggi dapat ditentukan dalam sifat perilaku siswa antara lain :

                        a.         Adanya kualitas keterlibatan siswa dalam belajar yang sangat tinggi.

                       b.         Adanya perasaan dan keterlibatan  efektif siswa yang  tinggi dalam belajar

                        c.         Adanya upaya siswa untuk senantiasa memelihara atau menjaga agar senantiasa memiliki motivasi beljar tinggi.

3. Prinsip-Prinsip Motivasi

Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (dalam prasetya dkk, 1997) menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterpakan dalam proses belajar mengajar disebut sebagai model ARSC. Dalam modwl tersebut ada empat  kategori kondisi motivasi yang harus diperhatikan guru agar proses pembelajaran yang dilakukannya menarik, bermakna, dan memberi tantangan pada siswa.

Keempat kondisi tersebut adalah :

1.      Attention (perhatian )

Perhatian siswa muncul didorong rasa ingin tahu. Oleh karena itu rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan sehingga selalu meberikan perhatian terhadap materi pelajaran yang diberikan. Agar siswa berminat dan memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan guru dapat menyampaikan materi dan metode secara bervariasi, senantiasa mendorong keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar, dan banyak mengunakan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari untuk memperjelas konsep.

2.      Relevance (relevansi)

relevansi  menunjukkan adanya hubungan antara materi pelajaran dengan kebutuhan dan kondidi siswa. Motivasi siswa akan terpelihara apabila siswa menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang di pegang.

3.      Confidence (kepercayaan diri)

Merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Bandura (1977) mengembangkan konsep tersebut dengan mengajukan konsep self effiacacy . konsep tersebut berhubungan dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan  suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan. Self efficacy tinggi akan semakin mendorong dan memotivasi siswa untuk belajar tekun dalam mencapai prestasi belajar maksimal. Agar kepercayaan diri siswa meningkat guru perlu memperbanyak pengalaman berhasil siswa misalnya dengan menyusun aktivitas pembelajaran sehingga mudah dipahami, menyususn kegiatan pembelajaran kedalam bagian-bagian yang lebih kecil, meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menyatakan persyaratan untuk berhasil, dan memberiakan umpan baik yang konstruktif selama proses pembelajaran.

4.      Satisfaction (kepuasan)

Keberhasilan dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan siswa akan semakin termotivasi untuk mencapai tujuan yang serupa. Kepuasan dalam mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekwensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi siswa, guru dapat memberi pengauatan (rainforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan dan sebagainya.

4. Aspek-Aspek Motivasi Belajar

Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang dikemukakan oleh Santrock (2007), yaitu:

a.    Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid belajar keras dalam menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Terdapat dua kegunaan dari hadiah, yaitu sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, dimana tujuannya adalah mengontrol perilaku siswa, dan mengandung informasi tentang penguasaan keahlian.

b.  Motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu. Murid termotivasi untuk belajar saat mereka diberi pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka, dan mendapat imbalan yang mengandung nilai informasional tetapi bukan dipakai untuk kontrol, misalnya guru memberikan pujian kepada siswa. Terdapat dua jenis motivasi intrinsik, yaitu:

1.      Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan pilihan personal. Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Minat intrinsik siswa akan meningkat jika mereka mempunyai pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran mereka.

2.      Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal. Pengalaman optimal kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas serta terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.

5.        Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Menurut Brophy (2004), terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siwa, yaitu:

a.       Harapan guru

b.      Instruksi langsung

c.       Umpanbalik (feedback) yang tepat

d.      Penguatan dan hadiah

e.       Hukuman

Sebagai pendukung kelima faktor di atas, Sardiman (2000) menyatakan bahwa bentuk dan cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar adalah:

a.    Pemberian angka, hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar dengan tujuan utama yaitu untuk mencapai angka/nilai yang baik.

b.    Persaingan/kompetisi

c.    Ego-involvement, yaitu menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri.

d.   Memberi ulangan, hal ini disebabkan karena para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.

e.    Memberitahukan hasil, hal ini akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar terutama kalau terjadi kemajuan.

f.     Pujian, jika ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, hal ini merupakan bentuk penguatan positif.

6.      Motivasi Belajar pada Anak Berbakat

Menurut Heward (1996), karakteristik perilaku belajar dengan motivasi tinggi yang dimiliki oleh anak berbakat, yaitu:

a.       Konsisten dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi minatnya.

b.      Senang mengerjakan tugas secara independen dimana mereka hanya memerlukan

c.       sedikit pengarahan.

d.      Ingin belajar, menyelidiki, dan mencari lebih banyak informasi.

e.       Memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam hal pembelajaran, seperti mudah menangkap pelajaran, memiliki ketajaman daya nalar, daya konsentrasi baik, dan lain sebagainya.

7.      Meningkatkan Motivasi Siswa dalam Belajar

Motivasi belajar siswa merupakan  hal yang amat penting bagi pencapaian kinerja atau prestasi belajar siswa. Dalam hal ini, tentu saja menjadi tugas dan kewajiban guru untuk senantiasa dapat  memelihara dan meningkatkan motivasi belajar siswanya. Meminjam pemikiran dari  USAID DBE3 Life Skills for Youth, berikut ini beberapa ide yang dapat digunakan oleh guru untuk memotivasi siswa di dalam kelas.

1.    Gunakan metode dan kegiatan yang beragam.

Melakukan hal yang sama secara terus menerus bisa menimbulkan kebosanan dan menurunkan semangat belajar. Siswa yang bosan cenderung akan mengganggu proses belajar. Variasi akan membuat siswa tetap konsentrasi dan termotivasi. Sesekali mencoba sesuatu yang berbeda dengan menggunakan metode belajar yang bervariasi di dalam kelas. Cobalah untuk membuat pembagian peran, debat, transfer pengetahuan secara singkat, diskusi, simulasi, studi kasus, presentasi dengan audio-visual dan kerja kelompok kecil

2.     Jadikan siswa peserta aktif.

Pada usia muda sebaiknya diisi dengan melakukan kegiatan, berkreasi, menulis, berpetualang, mendesain, menciptakan sesuatu dan menyelesaikan suatu masalah. Jangan jadikan siswa peserta pasif di kelas karena dapat menurunkan minat dan mengurangi rasa keingintahuannya. Gunakanlah metode belajar yang aktif dengan memberikan siswa tugas berupa simulasi penyelesaian suatu masalah untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar. Jangan berikan jawaban apabila tugas tersebut dirasa sanggup dilakukan oleh siswa

3.    Buatlah tugas yang menantang namun realistis dan sesuai

Buatlah proses belajar yang cocok dengan siswa dan sesuai minat mereka sehingga menarik karena mereka dapat melihat tujuan dari belajar. Buatlah tugas yang menantang namun realistis. Realistis dalam pengertian bahwa standar tugas cukup berbobot untuk memotivasi siswa dalam menyelesaikan tugas sebaik mungkin, namun tidak terlalu sulit agar jangan banyak siswa yang gagal dan berakibat turunnya semangat untuk belajar.

4.    Ciptakan suasana kelas yang kondusif

Kelas yang aman, tidak mendikte dan cenderung mendukung siswa untuk berusaha dan belajar sesuai minatnya akan menumbuhkan motivasi untuk belajar. Apabila siswa belajar di suatu kelas yang menghargai dan menghormati mereka dan tidak hanya memandang kemampuan akademis mereka maka mereka cenderung terdorong untuk terus mengikuti proses belajar.

5.    Berikan tugas secara proporsional

Jangan hanya berorientasi pada nilai. Segala tugas di kelas dan pekerjaan rumah tidak selalu bisa disetarakan dengan nilai. Hal tersebut dapat menurunkan semangat siswa yang kurang mampu memenuhi standar dan berakibat siswa yang bersangkutan merasa dirinya gagal. Gunakan mekanisme nilai seperlunya, dan cobalah untuk memberikan komentar atas hasil kerja siswa mulai dari kelebihan mereka dan kekurangan mereka serta apa yang bisa mereka tingkatkan. Berikan komentar Anda secara jelas. Berkan kesempatan bagi siswa untuk memperbaiki tugas mereka apabila mereka merasa belum cukup. Jangan mengandalkan nilai untuk merombak sesuatu yang tidak sesuai dengan Anda.

6.    Libatkan diri Anda untuk membantu siswa mencapai hasil

Arahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan dalam proses belajar mengajar, jangan hanya terpaku pada hasil ujian atau tugas. Bantulah siswa dalam mencapai tujuan pribadinya dan terus pantau perkembangan mereka.

7.    Berikan petunjuk pada para siswa agar sukses dalam belajar

Jangan biarkan siswa berjuang sendiri dalam belajar. Sampaikan pada mereka apa yang perlu dilakukan. Buatlah mereka yakin bahwa mereka bisa sukses dan bagaimana cara mencapainya.

8.    Hindari kompetisi antar pribadi

Kompetisi bisa menimbulkan kekhawatiran, yang bisa berdampak buruk bagi proses belajar dan sebagian siswa akan cenderung bertindak curang. Kurangi peluang dan kecendrungan untuk membanding-bandingkan antara siswa satu dengan yang lain dan membuat perpecahan diantara para siswa. Ciptakanlah metode mengajar dimana para siswa bisa saling bekerja sama.

9.    Berikan Masukan

Berikan masukan para siswa dalam mengerjakan tugas mereka. Gunakan kata-kata yang positif dalam memberikan komentar. Para siswa akan lebih termotivasi terhadap kata-kata positif dibanding ungkapan negatif. Komentar positif akan membangun kepercayaan diri. Ciptakan situasi dimana Anda percaya bahwa seorang siswa bisa maju dan sukses di masa datang.

10.     Hargai kesuksesan dan keteladanan

Hindari komentar negatif terhadap kelakuan buruk dan performa rendah yang ditunjukan siswa Anda, akan lebih baik bila Anda memberikan apresiasi bagi siswayang menunjukan kelakuan dan kinerja yang baik. Ungkapan positif dan dorongan sukses bagi siswa Anda merupakan penggerak yang sangat berpengaruh dan memberikan aspirasi bagi siswa yang lain untuk berprestasi.

11.      Antusias dalam mengajar

Antusiasme seorang guru dalam mengajar merupakan faktor yang penting untuk menumbuhkan motivasi dalam diri siswa. Bila Anda terlihat bosan dan kurang antusias maka para siswa akan menunjukkan hal serupa. Upayakan untuk selalu tampil baik, percaya diri dan antusias di depan kelas.

12.     Tentukan standar yang tinggi (namun realisitis) bagi seluruh siswa

Standar yang diharapkan oleh para guru terhadap siswanya memiliki dampak yang signifikan terhadap performa dan kepercayaan diri mereka. Bila Anda mengharapkan seluruh siswa untuk termotivasi, giat belajar dan memiliki minat yang tinggi, mereka cenderung akan bertindak mengikuti kehendak Anda. Anda harus yakin bahwa Anda mampu memberikan motivasi tinggi pada siswa. Pada awal tahun ajaran baru Anda harus menggunakan kesempatan agar seluruh siswa memiliki motivasi yang tinggi.

13.     Pemberian penghargaan untuk memotivasi

Pemberian penghargaan seperti nilai, hadiah dsb, mungkin efektif bagi sebagian siswa (biasanya bagi anak kecil) namun metode ini harus digunakan secara hati-hati karena berpotensi menciptakan kompetisi. Namun demikian, penggunaan metode ini dapat melahirkan motivasi internal.

14.     Ciptakan aktifitas yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas

Buatlah aktifitas yang melibatkan siswa dengan kawan-kawan mereka dalam satu kelas. Hal ini akan membagi pengetahuan, gagasan dan penyelesaian tugas-tugas individu siswa dengan seluruh siswa di kelas tersebut.

15.     Hindari penggunaan ancaman

Jangan mengancam siswa Anda dengan kekerasan, hukuman ataupun nilai rendah. Bagi sebagian siswa ancaman untuk memberi nilai rendah mungkin efektif, namun hal tersebut bisa memicu mereka mengambil jalan pintas (mencontek).

    Hindarilah komentar buruk

Gunakanlah komentar yang positif dan perilaku yang baik. Banyak siswa yang percaya diri akan performa dan kemampuan mereka. Jangan membuat pernyataan yang negatif kepada para siswa di kelas Anda, berkaitan dengan perilaku dan kemampuan mereka. Anda harus selektif dalam menggunakan kata-kata dan berbicara dalam kelas. Apabila tidak hati-hati, kepercayaan diri siswa Anda akan mudah jatuh.

    Kenali minat siswa-siswa Anda

Para siswa mungkin berada dalam satu kelas, namun mereka memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Pahamilah siswa Anda, bagaimana tanggapan mereka terhadap materi dan apa minat,cita-cita, harapan dan kekhawatiran mereka. Pergunakanlah berbagai contoh dalam pembelajaran Anda yang ada kaitannya dengan minat mereka untuk membuat mereka tetap termotivasi dalam belajar.

    Peduli dengan siswa-siswa Anda

Para siswa akan menunjukkan minat dan motivasi pada para guru yang memiliki perhatian.  Perlihatkan bahwa Anda memandang para siswa sebagai layaknya manusia normal dan perhatikan bahwa mereka mendapatkan proses pembelajaran dan bukan hanya sekedar nilai karena hal tersebut tercermin pada kemampuan Anda sebagai seorang guru. Cobalah membangun hubungan yang positif dengan para siswa dan coba kenali mereka sebagaimana Anda memperkrnalkan diri Anda pada mereka. Sebagai contoh, ceritakanlah kisah anda ketika anda masih menjadi siswa.

8.      Strategi untuk Menumbuhkan Motivasi Belajar

Lalu bagaimanakan cara untuk meningkatkan motivasi siswa agar mereka memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, khususnya bagi mereka yang memiliki motivasi rendah dalam berprestasi. Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:

·         Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar hendaknya seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang akan dicapai siswa. Tidak cukup sampai di situ saja, tapi guru juga bisa memberikan penjelasan tentang pentingnya ilmu yang akan sangat berguna bagi masa depan seseorang, baik dengan norma agama maupun sosial. Makin jelas tujuan, maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

·         Hadiah. Berikan hadian untuk siswa-siwa yang berprestasi. Hal ini akan sangat memacu siswa untuk lebih giat dalam berprestasi, dan bagi siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar atau bahkan mengungguli siswa yang telah berprestasi. Hadiah di sini tidak perlu harus yang besar dan mahal, tapi bisa menimbulkan rasa senag pada murid, sebab merasa dihargai karena prestasinya. Kecuali pada setiap akhir semester, guru bisa memberikan hadiah yang lebih istimewa (seperti buku bacaan) bagi siswa ranking 1-3.

·         Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

·         Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Bisa dimulai dari hal yang paling kecil seperti, “beri tepuk tangan bagi si Budi…”, “kerja yang bagus…”, “wah itu kamu bisa…”.

·         Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Hukuman di sini hendaknya yang mendidik, seperti menghafal, mengerjakan soal, ataupun membuat rangkuaman. Hendaknya jangan yang bersifat fisik, seperti menyapu kelas, berdiri di depan kelas, atau lari memutari halaman sekolah. Karena ini jelas akan menganggu psikis siswa.

·         Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik, khususnya bagi mereka yang secara prestasi tertinggal oleh siswa lainnya. Di sini guru dituntut untuk bisa lebih jeli terhadap kondisi anak didiknya. Ingat ini bukan hanya tugas guru bimbingan konseling (BK) saja, tapi merupakan kewajiban setiap guru, sebagai orang yang telah dipercaya orang tua siswa untuk mendidik anak mereka.

·         Membentuk kebiasaan belajar yang baik. Ajarkan kepada siswa cara belajar yang baik, entah itu ketika siswa belajar sendiri maupun secara kelompok. Dengan cara ini siswa diharapkan untuk lebih termotivasi dalam mengulang-ulang pelajaran ataupun menambah pemahaman dengan buku-buku yang mendukung.

·         Menggunakan metode yang bervariasi. Guru hendaknya memilih metode belajar yang tepat dan berfariasi, yang bisa membangkitkan semangat siswa, yang tidak membuat siswa merasa jenuh, dan yang tak kalah penting adalah bisa menampung semua kepentingan siswa. Sperti Cooperative Learning, Contectual Teaching & Learning (CTL), Quantum Teaching, PAKEM, mapun yang lainnya. Karena siswa memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda satu sama lainnya. Ada siswa yang hanya butuh 5 menit untuk memahami suatu materi, tapi ada siswa yang membutuhkan 25 menit baru ia bisa mencerna materi. Itu contoh mudahnya. Semakin banyak metode mengajar yang dikuasai oleh seorang guru, maka ia akan semakin berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa.

·         Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Baik itu media visual maupun audio visual.

Thursday, April 17, 2014

PSIKOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU TERAPAN



Psikologi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang peduli dengan proses pembelajaran serta penerapan metode dan teori-teori psikologi dalam proses pendidikan. Pembelajaran yang dimaksud merupakan proses edukatif yang melibatkan pendidik dan peserta didik sebagai pelaku utamanya. Pendidik berperan sebagai fasilitator terjadinya perkembangan peserta didik dan peserta didik merupakan subjek pembelajaran yan sedang mengembangkan dirinya.

Mengingat bahwa psikologi pendidikan merupakan ilmu yang memusatkan dirinya pada penemuan dan aplikasi prinsip-prinsip dan teknik-teknik psikologi ke dalam pendidikan, maka ruang lingkup psikologi pendidikan meliputi topik-topik psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan.

Crow & Crow (Ngalim 1995 : 10) secara ekplisit mengemukakan psikologi pendidikan sebagai ilmu terapan berusaha untuk menerangkan masalah belajar menurut prinsip-prinsip dan fakta-fakta mengenai tingkah laku manusia yang telah ditentukan secara ilmiah merupakan ruang lingkup psikologi pendidikan, antara lain adalah: sampai sejauh mana faktor-faktor pembawaan dan lingkungan berpengaruh terhadap belajar.

Psikologi pendidikan sebagai ilmu terapan merupakan terapan ilmu psikologi di bidang pendidikan. Konsep kunci di dalam bidang terapan ini adalah konsep pembelajaran. Sejalan dengan itu, kompetensi yang menjadi sasaran program peminatan psikologi pendidikan ini adalah:

-          Kemampuan untuk mengenali dan memahami masalah-masalah dalam pembelajaran serta issue-issue yang berkembang didalamnya.

-          Kemampuan untuk dapat menganalisis masalah-masalah pembelajaran (dikaitkan dengan teori sebagai dasar pemikirannya).

-          Kemampuan untuk mengadministrasikan tes yang meliputi kemampuan untuk memberikan instruksi dan skoring dalam tes kelompok sebatas untuk dapat mengindentifikasi masalah.

-          Kemampuan untuk mengenali alat tes di ruang lingkup Psikologi Pendidikan

-          Kemampuan untuk dapat melakukan penelitian terutama untuk pengidentifikasian masalah sehingga mampu memberikan rekomendasi mulai dari saran sampai perancangan aktivitas (misalnya dalam bentuk modul). Bentuk penelitian yang digunakan antara lain survey ,deskripsi dan penelaahan suatu variabel di masyarakat Indonesia.

Para ahli psikologi pendidikan pada umumnya berkeyakinan bahwa dua orang anak (yang kembar sekalipun) tidak pernah memiliki respons yang sama persis terhadap situasi belajar mengajar di sekolah. Keduanya sangat mungkin berbeda dalam hal pembawaan, kematangan, jasmani, inteligensi, dan keterampilan motoriknya. Anak-anak itu seperti anak-anak yang lainnya. relatif berbeda dalam berkepribadian sebagaimana tampak dalam penampilan dan cara berpikir atau memecahkan masalah mereka masing-masing.

Para pendidik, khususnya guru sekolah sangat diharapkan memiliki pengetahuan psikologi pendidikan yang sangat memadai agar dapat mendidik para siswa melalui proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Pengetahuan mengenai psikologi pendidikan bagi para guru berperan penting dalam menyelenggarakan pendidikan-pendidikan di sekolah­-sekolah. Hal itu disebabkan oleh eratnya hubungan psikologi khusus tersebut dengan pendidikan, secara metodik dengan kegiatan pembelajaran.



Referensi:

http://id.wikipedia.org/wiki/psikologi

http://id.wikipedia.org/wiki/psikologi pendidikan

http://denbagusimun.files.wordpress.com/2011/01/p-1-konsep-dasar-psikologi-pendidikan.doc

http://www.atmajaya.ac.id/content.asp?f=7&katsus=35

Wednesday, April 16, 2014

ANALISIS BUKU PKn



ANALISIS BUKU

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SD/MI KELAS VI

PENERBIT: BSE (BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK)

PENGARANG: SETIATI WIDIHASTUTI DAN FAJAR RAHAYUNINGSIH




BAB I

NILAI-NILAI PERJUANGAN DALAM PERUMUSAN PANCASILA



Standar kompetensi    :   1. Nilai-nilai perjuangan dalam perumusan Pancasila

Kompetensi dasar       :   1.1 Pancasila sebagai dasar negara

                                      1.2 Nilai-nilai juang dan kebersamaan

                                      1.3 Proses Perumusan Pancasila

                                      1.4 Meneladani nilai-nilai juang dan kebersamaan tokoh

                                      1.5 Mengamalkan nilai-nilai Pancasila

Analisis

A.    Standar Isi

Dalam standar isi, Standar kompetensi untuk PKN kelas VI/1 sebagai berikut :

Menghargai nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara.

Analisis           :

Standar Kompetensi dengan buku sudah sesuai dengan standar isi. Masing-masing materi telah dijabarkan secara mendalam.

Kompetensi Dasar

Antara Kompetensi Dasar dalam Standar Isi dan dalam Buku sudah sesuai. Namun dibeberapa  kompetensi dasar di bahas tiap-tiap materi. Sehingga pemahaman siswa mengenai materi lebih mendalam. Dan berikut analisisnya menurut standar isi:

1.1      Mendeskripsikan nilai-nilai juang dalam proses perumusan pancasila sebagai dasar negara

Dalam buku text BSE ini kompetensi dasar 1.1 menurut standar isi dibagi menjadi dua bab. Yaitu pada bab 1 yang berisi pancasila sebagai dasar negara dan pada bab 2 mengenai nilai-nilai juang dan kebersamaan dibalik perumusan pancasila serta bab 3 juga mengandung kompetensi dasar sesuai standar isi dalam buku tersebuttelah sesuai dengan standar isi.

1.2      Menceritakan secara singkat nilai kebersamaan dalam proses perumusan pancasila

Dalam buku text BSE ini kompetensi dasar 1.2 menurut standar isi digabung dengan  Bab 2 yaitu mengenai nilai-nilai juang dan kebersamaan dibalik perumusan pancasila.

Namun meskipun digabung dengan bab 2 yang dianalisis di atas. Namun tidak mengurangi isi dalam materi bab 2 itu sendiri.

1.3      Meneladani nilai-nilai juang para tokoh yang berperan dalam proses perumusan

Pancasila sebagai Dasar Negara dalam kehidupan sehari-hari

Kompetensi dasar ini tercermin dalam bab 4 dan bab 5. Bab 4 yaitu mengenai meneladani nilai-nilai juang dan kebersamaan para tokoh. Dan bab 5 mengenai mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan kompetensi dasar dalam standar isi.

B.     Civic Knowladge

Buku ajar  BSE ini sudah mengembangkan civic knowladge karena dalam buku ini penjelaskan mengenai pengetahuan berdirinya bangsa Indonesia. Dan kebersamaan serta perjuangan rakyat Indonesia guna memperoleh kemerdekaan yang diakui oleh semua pihak. Dengan pengembangan civic knowladge ini siswa diharapkan mampu memahami mengapa pancasila dipilih sebagai dasar negara dan bagaimana proses perumusannya.

C.     Civic Skill

Pada Bab I ini belum mengembangkan civic skill. Sehingga kemungkinan dapat mengakibatkan ketidakpahaman pada siswa.

D.    Civic Disposition

Buku ajar BSE ini sudah mengembangkan civic disposition karena dalam buku ini siswa diajak untuk mengamalkan dan menerapkan nilai-nilai kebersamaan yang telah dicontohkan oleh pejuang dalam perumusan serta pencapaian mufakat dalam musyawarah menentukan dasar negara yang tepat. Serta mengamalkan pancasila dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat tercermin siswa yang sesuai dengan tujuan mata pelajaran PKn.

E.     Kegrafikan dalam buku ajar

Kegrafikan sudah sesuai gender perempuan dan laki-laki dalam buku sudah adil dan seimbang atau tidak bias gender. Pada buku ini banyak menjelaskan tokoh dalam perjuangan bangsa. Namun gambar atau foto mengenai masing-masing tokoh masih kurang.


BAB II

SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA


Standar Isi

Standar kompetensi

Memahami Sistem Pemerintahan Republik Indonesia.

Kompetensi Dasar

2.1 Menjelaskan proses pemilu dan pilkada.

2.2 Mendeskripsikan lembaga-lembaga Negara sesuai UUD 1945 hasil amandemen.

2.3 Mendeskripsikan tugas dan fungsi pemerintahan pusat dan daerah.

Analisis:

A.    Standar Isi

1.      Standar Kompetensi yang tercantum dalam buku “Pendidikan Kewarganaan SD/MI Kelas VI” materi Sistem Pemerintahan Republik Indonesia sudah sesuai dengan standar isi yaitu Memahami Sistem Pemerintahan Republik Indonesia.

2.      Kompetensi dasar yang tercantum dalam buku “Pendidikan Kewarganaan SD/MI Kelas VI”  materi Sistem Pemerintahan Republik Indonesia sudah sesuai dengan standar isi yaitu:

2.1 Menjelaskan proses pemilu dan pilkada.

2.2 Mendeskripsikan lembaga-lembaga Negara sesuai UUD 1945 hasil amandemen.

2.3 Mendeskripsikan tugas dan fungsi pemerintahan pusat dan daerah.

B.     Civic Knowledge

Dalam buku “Pendidikan Kewarganaan SD/MI Kelas VI” Bab II materi Sistem Pemerintahan Indonesia sudah mengarah pada pengembangan pendidikan kewarganegaraan menjadi good citizen aspek civic knowledge, yaitu tentang:

1.      Menjelaskan lembaga-lembaga Negara sesuai amandemen UUD 1945, yaitu:

a.       Mengenal pelaksanaan demokrasi melalui Pemilu dan Pilkada

b.      Menyebutkan lembaga-lembaga negara di Indonesia

c.       Membedakan lembaga legislative, eksekutif dan Yudikatif

d.      Mengenal sistem pemerintahan pusat dan daerah

2.      Menjelaskan tentang pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Dalam buku tersebut juga tertulis beberapa istilah-istilah penting,  kuis, pengetahuan tambahan dalam konsep “Tahukah Kalian?”, dan kegiatan yang mengasah pengetahuan siswa. Contohnya:

a.       Istilah

-          Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur pemerintahannya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-indangan yang berlaku.

b.      Kuis

“Perbedaan Pemilu dan Pilkada?”

“Persyaratan pemilih dalam Pemilu?”

“Sebutkan tugas yang diemban oleh Majelis Permusyawaratan rakyat”

C.     Civic Skill

Dalam buku “Pendidikan Kewarganaan SD/MI Kelas VI” Bab II materi Sistem Pemeritahan Republik Indonesia sudah mengarah pada pengembangan pendidikan kewarganegaraan menjadi good citizen aspek civic skill, dimana dalam buku tersebut dituliskan beberapa kegiatan yang mengasah kemampuan psikomotor siswa, sebagai contohnya:

“lakukan kegiatan berikut. Tujuannya mengembangkan wawasan kontekstual dan keterampilan social kalian. Ajaklah 3 orang teman kalian untuk berdiskusi. Diskusikan perihal hubungan antarlembaga di Negara kita. Tuliskan hasil diskusi kelompok kalian dalam lembar tugas. Setelah selesai, bacakan hasil diskusi tersebut di depan kelas. Berikan kesempatan kepada teman kalian untuk bertanya ataupun mengomentari hasil diskusi kelompok kalian. Mintalah pula pendapat dari guru terhadap hasil diskusi kalian”.

Dalam kegiatan yang tertulis tersebut siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan psikomotornya untuk berdiskusi dalam kelompok, dan hasil diskusi dibacakan di depan kelas dihadapan guru dan teman-temannya.

D.    Civic Dispotition

Dalam buku “Pendidikan Kewarganaan SD/MI Kelas VI” Bab II materi Sistem Pemeritahan Republik Indonesia sudah mengarah pada pengembangan pendidikan kewarganegaraan menjadi good citizen aspek civic dispotiton.

E.     Kegrafikaan:

gambar-gambar yang ada di buku cukup menarik, tapi memang bias gender, mungkin hal ini dikarenakan materi berkaitan dengan sejarah jadi gambar tokoh-tokoh memeng seharusnya seperti kenyataannya.

Menurut kami, sebaiknya gambar- gambar yang dicantumkan berwarna sehingga menarik bagi siswa.


BAB III

PERAN INDONESIA DI KAWASAN ASIA TENGGARA


Standar Isi

Standar Kompetensi:

            3. Memahami peran Indonesia dalam lingkungan negara-negara di                                      Asia Tenggara.

Kompetensi Dasar

            3.1. Menjelaskan pengertian kerjasama negara-negara Asia Tenggara.

            3.2. Memberikan contoh peran Indonesia dalam lingkungan negara-

                           negara di Asia Tenggara.      

Analisis:

A.    Standar Isi

1.      Standar Kompetensi yang tercantum dalam buku “Pendidikan Kewarganaan SD/MI Kelas VI” bab III materi “Peran Indonesia di Kawasan Asia Tenggara” sudah sesuai dengan standar isi yaitu Memahami peranan politik luar negeri Indonesia dalam era globalisasi.

2.      Kompetensi dasar yang tercantum dalam buku “Pendidikan Kewarganaan SD/MI Kelas VI” bab III materi “Peran Indonesia di Kawasan Asia Tenggara” sudah sesuai dengan Standar Isi yaitu:

            3.1. Menjelaskan pengertian kerjasama negara-negara Asia Tenggara.

            3.2. Memberikan contoh peran Indonesia dalam lingkungan negara-

                           negara di Asia Tenggara.

            Yang dijabarkan menjadi 4 tujuan pembelajaran, yaitu:

·         Mejelaskan peran Indonesia melalui ASEAN

·         Menyebutkan tujuan pendirian dan bentuk-bentuk kerja sama.

·         Menjelaskan Peranan Indonesia di Asia Tenggara.

·         Menyebutkan bentuk-bentuk kerja sama Indonesia dengan negara-negara lain di Asia Tenggara.

B.     Civic Knowledge

Dalam buku “Pendidikan Kewarganaan SD/MI Kelas VI” Bab III materi “Peran Indonesia di Kawasan Asia Tenggara” sudah mengarah pada pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan menjadi good citizen aspek civic knowledge, yaitu tentang:

a.       Istilah

a.       Deklarasi yaitu pernyataan yang

b.      Netral artinya tidak memihak.

b.      Kuis

c.       Manakah negara yang Kawasan Asia Tenggara memiliki wilayahnya paling                         luas

d.      Mengapa terjadi kemiripan kebudayaan di antara bangsa-bangsa di Asia                 Tenggara?

e. Siapakah orang yang menjabat Sekjen ASEAN pertama?

c.       Tahukah kalian

·         Lambang ASEAN dan maknanya

·         KTT ASEAN terakhir dan Sekjen terbaru?

d.   Materi:

·         Hubungan Indonesia dengan Asia Tenggara dari masa ke masa.

·         Kerjasama Indonesia dengan negara-negara di asia Tenggara sebagai anggota Asean.

                                                                                                              i.            Proses Pembentukan ASEAN

                                                                                                            ii.            Maksud dan tujuan ASEAN

·         Bentuk-bentuk kerja sama ASEAN dalam bidang ekonomi dan sosial budaya.

·         Peran Indonesia di ASEAN

C.     Civic Skill

Dalam buku “Pendidikan Kewarganaan SD/MI Kelas VI” Bab III materi “Peran Indonesia di Kawasan Asia Tenggara” sudah mengarah pada pengembangan pendidikan kewarganegaraan menjadi good citizen aspek civic skill, dimana dalam buku tersebut dituliskan beberapa kegiatan yang mengasah kemampuan psikomotor siswa, sebagai contohnya:

1. “Carilah informasi tentang kejayaan kerajaan Majapahit dan peranannya di wilayah Asia Tenggara. Ringkaslah informasi yang kalian dapatkan itu dalam sebuah tulisan satu halaman. Setelah itu serahkan pada guru untuk dinilai! Selamat mengerjakan.”

2. “Selain Indonesia, ada sembilan negara Asia Tenggara yang menjadi anggota ASEAN. Negara-negara tersebut adalah Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja. Pilihlah satu dari sembilan negara tersebut. Carilah data tentang negara yang telah kalian pilih di buku, majalah, atau internet. Tuliskan data tersebut dalam selembar kertas untuk dikumpulkan kepada guru. Selamat mengerjakan.”

D. Civic Dispotition

Dalam buku “Pendidikan Kewarganaan SD/MI Kelas VI” Bab III materi sudah mengarah pada pengembangan pendidikan kewarganegaraan menjadi good citizen aspek civic dispotition. Karena ada:

1) pembiasaan:

·                      Belajar dengan tekun

·                     Menjaga kelestarian lingkungan sekitar

·                     Menghargai perbedaan pendapat

·                     Bersikap ramah kepada siapa saja

·                     Menaati peraturan yang berlaku

E.    Kegrafikaan

Dalam buku “Pendidikan Kewarganaan SD/MI Kelas VI” Bab III materi “Peran Indonesia di Kawasan Asia Tenggara” pada unsur kegrafikaan tidak ada bias gender.



BAB IV

PERAN INDONESIA DI DUNIA INTERNASIONAL


Standar Isi

Standar Kompetensi

Memahami peranan politik luar negeri Indonesia dalam era globalisasi.

Kompetensi Dasar

            4.1 Menjelaskan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif.

            4.2 Memberikan contoh peranan politik luar negeri Indonesia dalam percaturan internasional.

Analisis:

A.    Standar Isi

1.      Standar Kompetensi yang tercantum dalam buku “Pendidikan Kewarganaan SD/MI Kelas VI” bab IV materi Peran Indonesia di dunia Internasional sudah sesuai dengan standar isi yaitu Memahami peranan politik luar negeri Indonesia dalam era globalisasi.

2.      Kompetensi dasar yang tercantum dalam buku “Pendidikan Kewarganaan SD/MI Kelas VI” bab IV materi Peran Indonesia di dunia Internasional sudah sesuai dengan standar isi yaitu:

4.1  Menjelaskan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif.

4.2  Memberikan contoh peranan politik luar negeri Indonesia dalam percaturan internasional.

B.     Civic Knowledge

Dalam buku “Pendidikan Kewarganaan SD/MI Kelas VI” Bab IV materi Peran Indonesia di Dunia Internasional sudah mengarah pada pengembangan pendidikan kewarganegaraan menjadi good citizen aspek civic knowledge, yaitu tentang:

1.      Menjelaskan pengertian politik luar negeri bebas-aktif Indonesia.

2.      Memahami peranan Indonesia dalam organisasi tingkat internasional, yang memuat:

a.       Peran Indonesia atas terselenggaranya Konferensi Asia-Afrika.

b.      Peran Indonesia dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

c.       Peran Indonesia dalam Gerakan Non-Blok (GNB).

3.      Menjelaskan peran Indonesia di era globalisasi.

Dalam buku tersebut juga tertulis beberapa istilah-istilah penting,  kuis, pengetahuan tambahan dalam konsep “Tahukah Kalian?”, dan kegiatan yang mengasah pengetahuan siswa. Contohnya:

a.       Istilah

-    Aktif artinya giat atau rajin.

-    Diskriminasi adalah perbedaan perlakuan berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan sebagainya.


GAYA BELAJAR #2



A.     Pengertian Gaya Belajar
Menurut DePoter & Hernacki (Ary Nilandari, 2004:110) menyatakan sebagai bahwa gaya belajar merupakan kombinasi dan bagaimana anda menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi.
Sedangkan menurut Nasution 1995:94) mengemukakan: “gaya belajar adalah cara yang dilakukan seseorang dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat dan berfikir dan memecahkan soal.”
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan gaya belajar merupakan gaya konsisten yang ditunjukkan individu untuk menyerap informasi, mengatur, berfikir, mengingat, dan pemecahan masalah dalam menghadapi proses belajar mengajar agar tercapai hasil maksimal sesuai dengan kemampuan, kepribadian, dan sikapnya.
Banyak ahli yang menggunakan istilah berbeda-beda dalam memahami gaya belajar ini. Tetapi secara umum, menurut Bobby DePotter terdapat dua benang merah yang disepakati tentang gaya belajar ini. Pertama adalah cara seseorang menyerap informasi dengan mudah, yang disebut sebagai modalitas, dan kedua adalah cara orang mengolah dan mengatur informasi tersebut.
Modalitas belajar adalah cara kita menyerap informasi melalui indera yang kita miliki. Masing-masing orang mempunyai kecenderungan berbeda-beda dalam menyerap informasi. Terdapat tiga modalitas belajar ini, yaitu apa yang sering disingkat dengan VAK: Visual, Auditorial, Kinestetik.
1.     Gaya Belajar Visual
Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata/penglihatan (visual), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak/dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi. Menurut Iim Sudarmi (2006:27) ciri-ciri gaya belajar visual adalah:
1.         Bicara agak cepat,
2.         Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi,
3.         Tidak mudah terganggu oleh keributan,
4.         Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar,
5.         Lebih suka membaca dari pada dibacakan,
6.         Pembaca cepat dan tekun,
7.         Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata,
8.         Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato,
9.         Lebih suka seni lukis daripada seni musik,
10.     Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya,
11.     Sering lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain,
12.     Menjawab pertanyaan dengan singkat.

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :
1.    Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta,
2.         Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting,
3.         Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi,
4.         Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video),
5.         Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
2.  Gaya belajar Audiotorial
Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
Ciri-ciri gaya belajar auditori :
1.      Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri,
2.      Mudah terganggu oleh keributan,
3.      Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca,
4.      Senang mendengarkan dan membaca dengan suara keras,
5.      Mampu mengulangi dan menirukan nada dan suara,
6.      Kesulitan dalam menulis tetapi pandai dalam bercerita,
7.      Kesulitan dalam pekerjaan yang melibatkan visualisasi,
8.      Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya,
9.      Suka mengerjakan tugas kelompok,
10.  Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan.
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :
1.      Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga,
2.      Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras,
3.      Gunakan musik untuk mengajarkan anak,
4.      Diskusikan ide dengan anak secara verbal,
5.      Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur,

3.  Gaya belajar kinestetik
Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Ciri-ciri gaya belajar kinestetik adalah:
1.      Menyukai permainan dan olahraga,
2.      Selalu berorientasi fisik dan banyak bergerak,
3.      Berbicara dengan perlahan,
4.      Menanggapi perhatian fisik,
5.      Suka menggunakan berbagai peralatan dan media,
6.      Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka,
7.      Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang,
8.      Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar,
9.      Belajar melalui praktek,
10.  Menghafal dengan cara berjalan dan melihat,
11.  Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca,
12.  Banyak menggunakan isyarat tubuh,
13.  Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama,
14.  Menggunakan kata-kata yang menandung akso,
15.  Menyukai buku-buku yang berorientasi pada cerita,
16.  Kemungkinan tulisannya jelek,
17.  Ingin melakukan segala sesuatu.
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
1.      Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam,
2.      Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru),
3.      Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar,
4.      Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan,
5.      Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.
Mengetahui Gaya Belajar Anak
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengetahui gaya belajar ini.
Cara Pertama, adalah dengan menggunakan observasi secara mendetail terhadap setiap siswa melalui penggunaan berbagai metode belajar mengajar di kelas. Gunakan metode ceramah secara umum, catatlah siswa-siswa yang mendengarkan dengan tekun hingga akhir. Perhatikan siswa-siswa yang “kuat” bertahan berapa lama dalam mendengar. Klasifikasikan mereka sementara dalam golongan orang-orang yang bukan tipe pembelajar yang cenderung mendengarkan. Dari sini kita bisa mengklasifikasikan secara sederhana tipe-tipe siswa dengan model-model pembelajar auditori yang lebih menonjol.
Metode lain bisa digunakan, misalnya dengan memutar film, menunjukkan gambar atau poster, dan juga menunjukkan peta ataupun diagram. Dengan proses belajar mengajar seperti ini, kita bisa melihat para siswa yang mempunyai kecenderungan belajar secara visual dan juga mempunyai kecerdasan visual-spasial akan lebih tertarik dan antusias.
Setelah itu, cobalah dengan metode pembelajaran menggunakan praktek atau simulasi. Para pembelajar kinestetik tentu saja akan sangat antusias dengan model belajar mengajar semacam ini. Begitu seterusnya kita melihat bagaimana reaksi siswa terhadap setiap model pembelajaran sehingga lambat laun kita akan lebih mudah memahami dan mengetahui kecenderungan gaya belajar yang mereka.

Cara Kedua, adalah dengan memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan proses penyatuan bagian-bagian yang terpisah, misalnya menyatukan model rumah yang bagian-bagiannya terpisahkan. Ada tiga pilihan cara yang bisa dilakukan dalam menyatukan model rumah ini, pertama adalah melakukan praktek langsung dengan mencoba menyatukan bagian-bagian rumah ini setelah melihat potongan-potongan yang ada; kedua adalah dengan melihat gambar desain rumah secara keseluruhan, baru mulai menyatukan; dan ketiga adalah petunjuk tertulis langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun rumah tersebut dari awal hingga akhir.
Pembelajar visual akan cenderung memulai dengan melihat gambar rumah secara utuh. Ia lebih cepat menyerap melalui gambar-gambar tersebut sebelum menyatukan bagian-bagian rumah secara keseluruhan. Pembelajar auditory cenderung membaca petunjuk tertulis mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun rumah, dan tidak terlalu mempedulikan gambar yang ada. Sedangkan pembelajar kinestetik akan langsung mempraktekkan dengan mencoba-coba menyatukan satu bagian dengan bagian yang lain tanpa terlebih dahulu melihat gambar ataupun membaca petunjuk tulisan. Dari pengamatan terhadap cara kerja siswa dalam menyelesaikan tugas ini, kita akan lebih memahami gaya mengajar siswa secara lebih mendetail.
Cara Ketiga, merupakan cara yang lebih komprehensif yaitu dengan melakukan survey atau tes gaya belajar. Namun demikian, alat survey ataupun tes ini biasanya mengikat pada satu konsultan atau psikolog tertentu sehingga jika kita ingin melakukan tes tersebut harus membayar dengan sejumlah biaya tertentu, yang terkadang dirasa cukup mahal. Namun demikian, karena menggunakan metodologi yang sudah cukup teruji, biasanya survey atau tes psikologi semacam ini mempunyai akurasi yang tinggi sehingga memudahkan bagi guru untuk segera mengetahui gaya belajar siswa.

Hubungan antara Gaya Belajar dengan Kemampuan Siswa
Gaya belajar merupakan cara seseorang dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat dan memecahkan soal. Macam-macam gaya belajar diantaranya gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik. Apabila seseorang tahu apa jenis gaya belajar yang cocok, hingga dapat mengupayakan dan memanfaatkan gaya belajarnya secara maksimal, maka akan mencapai hasil lebih baik. Setiap siswa memiliki gaya belajarnya masing-masing, hal tersebut dapat mempengaruhi pencapaian suatu hasil belajar. Sedangkan apabila siswa menggunakan cara belajar yang kurang cocok dengan dirinya, maka akan menyebabkan kurang berhasilnya dalam mencapai hasil belajar.
Kesimpulan:
Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik. Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Gaya belajar dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, diantaranya: gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik.