Monday, March 4, 2019

Perkembangan kurikulum


Kurikulum tahun 1947 adalah kurikulum yang lahir masa kemerdekaaan ini, memakai istilah leer plan(bahasa belanda), artinya rencana pengajaran . dalam masa ini juga memuat kepentingan politis dari segi kisi-kisi pendidikannya, yakni dari orientasi belanda menuju kepada kepentingan nasional. Asa dari pendidikan  yang ditetapkan pada saat itu ialah Pancasila. Kurikulum 1947 atau yang lebih tepatnya kurikulm 1950 ini menyebutkan ada dua hal poko dalam kurikulum tersebut yakni daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran , dalam kurikulum ini mengurangi pikiran-pikiran (kognitif) tetapi lebih menitik beratkan kepada pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat, materi pelajarannya juga memuat kejadian sehari-hari , perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

Kurikulum 1952 pada kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran menjadi rencana pelajaran terurai 1952, silabus mata pelajaran jelas sekali. Seseorang guru mengajar satu mata pelajaran. Focusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa . karya  dan moral  (panchawardana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi  antara lain: moral, kecerdasan, emosional/artistic,keprigelan, (keterampilan), dan jasmaniah. Pada ringkat pendidikan dasar lebih menekankan kepada pengetahuan, dan kegiatan fungsional praktis.

Kurikulum 1964 ialah kurikulum yang dibuat pada masa penghujung era pemerintahan presiden soekarno 1964, pemerintah kembali menyempurna sistem kurikulum di Indonesia. Kurikulum diberi nama rencana pendidikan pendidikan 1964 atau kurikukulum 1964. Pokok pikiran dari kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana  hamalik (dalam sholeh, 2015:3). Focus pada kurikulum 1964 ialah sesuai denga pancawardhana yaitu daya, rasa, karsa, karya, dan moral.

Kurikulum 1975 ini diterapkan untuk menekankan kepada lebih efektif dan efisiennya pendidikan. Adapun  yang melatar belakangi kurikulum 1975 ini ialah  adanya MBO ( Management by objective). Metode, materi dan tujuan pengajarannya dirinci dalam perencanaan pengembangan sistem instruksional (PPSI). Pada kurikulum guru sudah menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Kurikulum untuk SD/ SMP sedangkan kurikulum 1976 untuk sekolah keguruan yaitu SPG dan sekolah menengah kejuruan (STM, SMEA).
Kurikulum 1984 adalah Refleksi dari keterbatasan pada kurikulum 1975 yang lebih mementingkan produk diri dari pada proses, maka pada kurikulum 1984 mengusung pendekatan keterampilan proses (prosess skill  approach), pada kurikulum ini posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar yang memilki potensi yang perlu dioptimalkan melalui proses aktivitas mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusi, hingga melaporkan. Pada kurikulum 1984 ini diperkenalkannya konsep  model cara belajar siswa aktif CBSA) atau student active learning.

Sebagai refleksi bahwasanya dalam beberapa buku tentang perkembangan kurikulum memasukkan kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum 1999 Kurikulum 1994 dibuat dalam rangka penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sitem semester ke sistem caturwulan. Maksudnya dengan di terapakannya dengan satu tahun  ada tiga tahap diharapkan siswa dapat menerima pelajaran lebih banyak. Pada saaat kurikulum ini diluncurkan dalam rangka mensubtitusikan kurikulum sebelumnya, lebih bersifat memadukan dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya.kurikulum lebih memadukan antara kurikulum 1975 yang dimana kurikulum ini berorientasi kepada pada tujuan dan 1984 yang berorientasi pada proses, sebagai suatu ide dari perpaduan tujuan dan proses memang cukup bagus, namun dalam pelaksanaannya belum berhasil. Pada akhirnya kurikulum tersebut menuai banyak protes disana sini dikarenakan dalam implementasinya materi yang disajikan dalam kurikulum tersebut beban kerja siswa nilai berat karena sarat dengan mutan nasional dan hingga lokal. Akhir kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum 1998 , selanjutnya diikuti suplemen kurikulum 1999. suplemen kurikulum tahun 1999, namau pada implementasinya masih dirasakan bahwa kurikulum ini terkesan hanya menambal sejumlah materi dari kurikulum sebelumnya.

Kurikulum 2004 ialah Kurikulum Berbasis Kopetensi (KBK) yang lahir pada  tahun 2004 untuk menggantikan kurikulum 1994, kurikulum berbasis kopetensi ini memberikan ciri ciri bahwa setiap pelajaran diuraikan berdasarkan kopetensi yang harus dicapai siswa.namun pada penerapannnya dilapangan masih belumtersosialisasi dengan baik sehingga timbullah kerancuan akan keberhasilan kurilum ini karena sistem penilai atau alat ukur kopetensi siswa, yakni ujian. bila target kopetensi ingin dicapai maka evaluasi tetntu lebih komprehensif, proporsi praktik atau soal harus mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kopetensi siswa.

Kurikulum tahun 2006 bertujuan untuk mengevaluasi tentang hasil uji coba KBK yang dianggap kurang berhasil pemerintah dalam hala ini Departemen Pendidikan Nasional perlu  memperrbaiki implementasinya. Untuk itu pada awal tahun 2006 diperkenalkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendiidikan. Tinjauan dari segi isi hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol itu adalah guru diberikan kekebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta standar kopetensi kelulusan (SKL), standar kopetensi dan kompetensi dasar (SKKD). Selanjutnya pengembangan perangkat pembelajaran seperti silabus, dan sistem penilaian merupakan wewenang dari satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervise pemerintah kabupaten /kota.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sedang berlangsung saat ini yang dimulai pada pertengahan tahun 2013, Kurikulum 2013 diimpelementasikan secara terbatas pada sekolah perintis. Kurikulum 2013 memiliki empat aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, aspek sikap, dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika. Landasan filosofi pengembangan kurikulum 2013 adalah berakar pada budaya lokal dan bangsa, pandangan filsafat eksperimentalisme, rekonstruksi sosial, pandangan filsafat esensialisme dan perenialisme, pandangan filsafat eksistensialisme, dan romantik naturalism (kemendikbud, 2013: 2).

0 comments:

Post a Comment